Cerita hari ini saat kami menemani Aidan menonton acara "Hafidz Indonesia" di RCTI. Aidan tampak begitu serius. Sesekali seperti ingin mengikuti bacaan yang ia dengar walau yang fasih baru bacaan basmallah, karena ayat yang dibaca oleh peserta hafidz belum sampai dijangkauan Aidan. Sedang Aidan sendiri baru bisa hafal Al-Fatihah dan beberapa doa pendek. Saat acara kesayangannya disela iklan sponsor, Aidan ribut sendiri mengira bahwa kami mengganti saluran TV. Masyaa Allah, barakallah.

Jadi usai mandi sore, sambil memijat-mijit Aidan dengan baluran minyak kayu putih, aku bertanya serius. "Aidan mau jadi hafidz Qur'an ya, Nak?" tanyaku. Aidan seperti berpikir sebentar, wajahnya serius bahkan untuk anak seusianya yang biasa ceria dan begitu ekspresif.

Tak lama Aidan menjawab dengan nada yang antusias sekali. "Hafidz Qur'an .." jawab Aidan tersenyum, karena memang anaknya murah senyum. Kata 'hafidz Qur'an' meluncur dengan jelas sekali tanpa terdengar cedal. Dalam hati aku mengaminkan ini. Berharap semoga kelak jika Allah berkehendak demikian, Aidan benar-benar menjadi hafidz Qur'an. Yang tak hanya menghafalkannya, melainkan juga mentadabburi isinya, mengaplikasikannya langsung dalam akhlak sehari-hari, selain itu juga mengajarkannya. Aamiin.

Kemudian, ketika aku baru saja usai mengerjakan shalat ashar. Aidan datang dan memperagakan shalat di sampingku sambil mengucap takbir kemudian aamiin. Setelahnya Aidan meraba tanganku, barangkali Aidan ingin memastikan seperti apa posisi tanganku yang saat itu tertutup mukena.

Masyaa Allah, Aidan ikut komat-kamit seolah sedang berdoa dengan kedua tangan ke atas. Tak jelas doa apa yang tengah dilantunkannya ketika berkata 'Aamiin' untuk doanya sendiri. Yang jelas, fokusku pecah begitu saja. Dzikir yang tadinya sedang kubaca juga menguar begitu saja. Terharu? Jelas iya. Anak seusia Aidan memang mudah sekali merekam segala sesuatu. Bahkan dengan gampang menirunya. Hal ini yang jadi cambuk setiap saat, bagaimana caranya agar bisa lebih banyak lagi mengajarkan hal baik pada Aidan. Memanfaatkan masa golden age yang tak datang dua kali.

Aku lantas memangku Aidan, menuntunnya berdoa, agar malaikat juga mengaminkan doa kami di waktu ashar. "Aidan ikuti ibuk ya. Ya Allah, jadikan Aidan anak shaleh. Hafidz Qur'an. Orang yang berilmu. Berbakti pada orangtua. Sukses di dunia juga di akhirat. Aamiin."

Aidan mengikutiku pelan-pelan meski doa kali ini terdengar cedal dari mulutnya. Doa yang terucap dari mulut bocah berusia 3 tahun. Hati orangtua mana yang tak gerimis? Semoga Aidan tumbuh menjadi anak dengan sebaik-baik doa yang senantiasa orangtuanya langitkan. Pun sebaik-baik doa yang terkandung di namanya, Aidan Fayyadh Al-Fatih. Tak sekedar nama, tak sekedar ingin memberinya sebuah nama yang keren. Tetapi sungguh ada jutaan doa baik yang mengiringinya sejak masih di dalam rahim bahkan hingga nanti ketika ibunya ini menutup mata di penghujung usia.

Selain itu, salah satu hak anak adalah beroleh nama yang baik. Nama yang mengandung arti di dalam Islam.

Doa ibu, nak. Akan terus mengetuk arsy-Nya. Semoga malaikat turut serta mengamini. Semoga doa ini menjadi benteng sekaligus payung yang akan senantiasa memayungimu kapanpun dan di manapun. Hingga kelak, saat engkau melangkah jauh dari ibu dan ayahmu demi cita-cita dan amanah yang teremban di pundakmu sebagai pemimpin bagi kehidupanmu. Pemimpin bagi amanah yang Allah beri untukmu suatu hari nanti. Doaku masih akan memelukmu.

Sampai di Ramadhan day 11, mari memohon ampun untuk setiap dosa-dosa yang pernah kita lakukan baik sengaja atau pun tidak. Mari memohon ampun untuk pasangan kita, orangtua kita, anak-anak kita, saudara-saudara kita. Untuk siapapun yang menyayangi kita dan yang kita sayangi, semoga di 10 pertengahan yang penuh maghfirah ini Allah ampuni setiap dosa dan khilaf kita yang pernah berlaku.

10 pertengahan di bulan Ramadhan, Allah janjikan ampunan bagi mereka yang bertaubat. Perbanyak dzikir, doa, shalat malam. Semoga tiap ibadah, kebaikan yang kita lakukan di setiap detik pada bulan Ramadhan ini, Allah ganti dengan dosa-dosa yang terampuni. Dengan kehidupan yang lebih berkah. Dengan pribadi yang jauh lebih baik. Aamiin insyaa Allah.

Cerita hari ini, tentang Aidan yang ingin jadi hafidz insyaa Allah. Sebagai penutup semoga ini menambah ilmu kita semua :)

"Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengamalkannya."  (Muttafaq 'Alaih)

Sebuah kutipan dari buku "Parenting; Mengasuh Anak dengan Energi dan Emosi Positif" :

- Anak itu amanah, anak itu hiasan mata alias harapan dunia-akhirat, anak itu bekal keselamatan kita alias investasi dunia-akhirat. Setiap anak lahir dalam kondisi putih bersih laksana meja lilin yang akan ditulisi apa saja, bergantung pada kemauan orangtua. Jadi tugas orang dewasa adalah menyiapkan lingkungan yang memungkinkan potensi-potensi yang dimiliki anak bisa berkembang optimal. Perlu diketahui, pada masa golden age moment atau USIA 0-5 tahun adalah masa peka belajar seorang anak. 50% kecenderungan belajar disemai pada masa ini."

Masyaa Allah, alhamdulillah. Mari ajarkan Al-Qur'an sejak dini kepada anak. Agar anak tumbuh menjadi generasi berakhlak Al-Qur'an insyaa Allah. Bekal terbaik yang orangtua miliki di dunia-akhirat adalah doa dari anak-anak shaleh saat terputuslah semua perkara setelah kematian kecuali tiga. Sedang dua yang lainnya adalah pahala jariyah juga ilmu yang bermanfaat. Mari bekali anak-anak kita dengan ilmu, sebab sepeninggal kita yang bisa menyelamatkan mereka bukan harta benda warisan orangtuanya melainkan ilmu yang bermanfaat di jalan Allah. Aamiin yaa mujibassailin. Semoga bermanfaat 😇🙏


Magelang, 27 Mei 2018
© @bianglalahijrah
#RamadhanBerbagiInspirasi #day11 #FLPGresik #WritingChallenge 

0 Komentar