(c) original picture by @bianglalahijrah [Pantai Parai Tenggiri, Bangka Belitung]

Bismillah :D akhirnya bisa duduk santai di depan laptop. Sejak beberapa hari yang lalu hanya berangan-angan untuk menulis di blog namun terkendala hal lain. Btw, kami baru pulang dari Bangka Belitung. Negeri yang disebut Bumi Serumpun Sebalai, tetapi aku lebih suka menyebutnya sebagai negeri Laskar Pelangi. Kampungnya Om Andrea Hirata. Meski Bangka Belitung sendiri nyatanya bukan pulau sekaligus provinsi kecil. Selain itu, aku baru tahu kalau pulau Bangka dan pulau Belitung itu sebenarnya terpisah. Ke mana saja aku? Kelihatan banget jarang buka peta :'D

Eh, ke Bangka Belitung mau ngapain?

Kami mau silaturahmi ke mamak dan keluarga yang ada di sini. Kebetulan terhitung sejak 7 tahun yang lalu ibuku tinggal di negeri laskar pelangi ini.

Menyambut langit senja di Alun-alun Taman Merdeka
Kalau dipikir-pikir, rasanya bukan sebuah kebetulan. Dulu, ada banyak list yang aku masukkan ke daftar mimpi. Dua di antaranya aku ingin menginjakkan kaki ke Candi Borobudur dan Bangka Belitung. Tak disangka saat ini aku justru menetap di kota yang sama dengan Candi Borobudur, situs peninggalan sejarah yang dulu pernah diakui UNESCO sebagai bagian dari tujuh keajaiban dunia. Yang kedua, tahu-tahu ibuku memilih tinggal di Bangka Belitung bersama keluarga yang ada di sini. Sebab itu mengapa akhirnya aku bisa berkunjung ke Babel.

Tadinya hampir lupa bahwa dulu pernah punya keinginan untuk menginjakkan kaki di pulau ini. Alhamdulillah, Allah beri kesempatan. Kami bertiga berangkat ke Babel pada Selasa tanggal 23 Januari lalu. Sampai kembali di Magelang kemarin minggu.

Pantai Karang Mas Air Anyir :) yang berhasil kefoto cuma plangnya karena kami hanya mampir sebentar


Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Dari perjalanan menuju Bangka hingga pulang, aku memanfaatkan setiap moment dengan sebaik-baiknya. Selain itu Bangka Belitung adalah pulau dengan destinasi yang indah dan sangat cocok untuk menyalurkan minat fotografi. Hampir setiap tempat yang kami datangi kuabadikan lewat kamera DSLR dan handphone. Hingga memori overload karena kelebihan muatan.

Ada satu info penting nih, destinasi di Babel itu rata-rata gratis. Iya pun berbayar paling cuma 2000-an dan kami sendiri hanya bermodal motor plus bensin. Ngetrip hemat banget pokoknya. Ditambah penduduk setempat juga ramah-tamah. Kamu akan sangat sering mendengar kata "Aok.." di setiap pembicaraan mereka. Dan kata "Aok" ini sebenarnya bukan kali pertama kudengar. Orang-orang Melayu yang ada di Riau juga sering mengucapkannya. Aok bisa juga berarti (iya). Kalau menurut pendengaranku sih, karena dulu juga pernah tinggal di Jambi. Bahasa mereka terdengar seperti bahasa Melayu tetapi ada aksen Palembangnya juga. Tetapi berhubung aku pernah punya teman orang Lampung, bahasanya juga hampir sama kayak kota Metro tersebut :D yang jelas, aku tak tahu pasti apa arti setiap kali mereka berbicara ^^'

Selama di Bangka aku lebih banyak mengambil gambar sembari belajar mengambil foto dengan angle yang pas, agar lebih mengerti tentang seluk beluk fotografi. Katanya fotografi itu juga didominasi oleh kemauan untuk belajar dan mencoba, selain karena memang ada skill khusus di bidang ini. Intinya jangan takut salah. Jangan takut kalau-kalau foto yang kita ambil mungkin jelek atau tak bernilai seni sama sekali. Sebab, sama halnya seperti menulis yang butuh keterampilan terus menerus. Fotografi pun demikian, jangan bosan berlatih dan terus mencoba. Karena tak pernah ada kata cukup dalam belajar.

Senyum mereka :) masyaa Allah, alhamdulillah. Loc : Alun-Alun Taman Merdeka

Bersyukur karena suami mensupport minat istrinya. Jadilah dia dan Aidan yang terbalik menjadi model. Lebih banyak foto-foto anak dan suami yang terekam kamera. Eh tapi fotoku juga banyak sih, ngambilnya gantian. Sayang kalau disia-siakan. Untuk foto-foto hasil trip bisa teman-teman nikmati di akun Instagramku @bianglalahijrah_

Jadi ceritanya, hari pertama di Bangka kami tiba pukul setengah empat sore. Dari bandara langsung menuju ke tempat mamak. Hari pertama adalah reuni bagi kami dan mamak setelah beberapa tahun tak bertemu. Pertemuan yang mengharukan karena hampir semua orang yang ada menangis melihat kami. Iya, sejak berpisah dari mamak aku sendiri bahkan tak tahu kapan akan bertemu beliau lagi. Dan hikmah dari sakitnya mamak, begitu banyak kemudahan yang menyertai langkah kami untuk sampai di Bangka Belitung menemui beliau.

Jadi tujuan utama ke Babel memang bukan sekedar untuk mengunjungi destinasi setempat. Travelingnya hanya nyambi selama di sini.

Alhamdulillah, di hari kedua, kami baru bisa menyempatkan waktu untuk berkunjung ke destinasi setempat setelah paginya mengantar mamak kontrol ke dokter.

Sisi lain dari pantai Temberan :) ikuti keindahannya di My Instagram @bianglalahijrah_

Di hari kedua ini kami mendarat di Pantai Pukan, pantainya masyaa Allah bagus banget. Pasir putih, ada gubuk-gubuk kayu di sepanjang pesisir pantai. Pantai ini juga bisa dibilang terawat karena tak banyak sampah yang kami temui ketika mengeksplore tiap sudutnya. Sampai di sini pas banget air laut sedang surut, jadi kami bisa berjalan kaki menyusuri pantai yang tergolong landai. Bisa mengabadikan gambar di atas gundukan pasir yang terbentuk karena air surut. Sangat-sangat menakjubkan menikmati keindahan pantai Pukan bersama keluarga.

Berkat papan petunjuk ini kami menemukan pesona keindahan Pantai Pukan

Pantai kedua di hari yang sama yaitu pantai Karang Mas Air Anyir. Tempatnya kurang sreg di kami. Jadi cuma mutar sebentar setelah itu memutuskan untuk pergi ke pantai lain, karena masih ada pantai di jalur yang sama dan hanya selisih beberapa kilometer saja.

Nah di pantai ketiga, tempatnya nggak kalah asyik. Rasanya nggak mau cepat-cepat pulang, apalagi kalau kamu ke sini sekitar jam 3 sampai jam 5 sore. Pantai Temberan ini sama ramahnya dengan Pantai Pukan. Cuaca sore yang sangat mendukung membuat suasana terasa damai, sejuk, betah berlama-lama.

Begitu turun dari kendaraan aku sudah siap dengan kamera yang sejak awal memang tergantung di leher. Agar di sepanjang jalan bisa mengabadikan lebih banyak gambar. Meski ternyata di pantai ketiga ini airnya juga pas surut sama seperti pantai-pantai sebelumnya. Tetapi keindahan pantai Temberan tak berkurang sama sekali.

Hitam putih Jembatan Emas

Setelah dari pantai Temberan yang terletak di desa Air Anyir kecamatan Merawang, kami langsung ke Jembatan Emas yang katanya sekarang jadi ikonnya Bangka. Lagi-lagi merasa beruntung karena sewaktu kami tiba di sana, jembatannya pas banget baru mau diangkat karena ada kapal besar yang akan lewat. Jadilah, momentum itu tidak aku lewatkan untuk mengabadikan gambar. Sayangnya beberapa gambar masih tersisa di kamera dan belum bisa aku bagi di sini. Mungkin next post.

Jembatan Emas dari depan :)

Sebelum pulang kami juga sempat mendarat di Gramedia Babel. Toko buku yang keren. Rapi dan cukup lengkap. Gedungnya lumayan luas karena hanya dijadikan khusus untuk toko buku saja. Kalau di Magelang mah, Gramedia Expo gabung di Mall Gardena. Nah di Babel justru enggak. Sayangnya, nggak boleh foto-foto di tokbuk ini. Aneh juga sih, sebanyak-banyak toko buku yang aku masuki baru ini nggak dibolehin ambil foto :(

Gramedia Babel, karena terlanjur difoto akhirnya boleh dibawa pulang :D

Aku sempat nanya ke satpamnya, dan dia beralasan takut kalau ada yang berniat kurang baik. Lah, dikata mau ngapain coba? Ampun, kesan yang sedikit mengecewakan. Padahal ke Gramedia cuma pengen belikan mamak Al-Qur'an dan beberapa keperluan lain sambil foto penampakan Gramednya. Tapi mood kadung nggak enak gara-gara insiden ini. Meski setelah itu kami hanya saling balas senyum saja ke karyawan dan satpamnya :'D

Lanjut di hari ketiga dan keempat kami kembali mengeksplore Bangka. Destinasi pertama yang kami ingin tuju di hari ketiga adalah Danau Kaolin. Sayangnya akses internet terputus di tengah jalan. Selalu begitu kalau sudah memasuki kecamatan Merawang dan menuju ke arah Sungailiat. Padahal kami mengandalkan peta dari Google Maps. Alhasil bukannya sampai di tempat yang dituju kami justru nyasar ke pemukiman warga etnis konghucu. Setelah beberapa kali bertanya di penduduk setempat kami memutuskan untuk mencari sendiri lokasinya.

Anak dan bapak lagi mojok :D emaknya ambil foto doang. Loc : Kolong Biru

Masuk jalur yang satu dan keluar ke jalur yang lain. Akhirnya kami menemukan papan petunjuk arah bertuliskan Kolong Biru. Suami tak pikir panjang, langsung tancap gas mengikuti petunjuk arah yang menempel di salah satu pohon.

Akhirnya, fiuh!! :D kami tiba di Kolong Biru disambut pemandangan yang sangat-sangat indah. Tadinya sempat mikir kalau Kolong Biru ini yang dinamakan Danau Kaolin, tapi ternyata bukan. Karena seingatku Danau Kaolin memiliki dua bekas galian timah yang airnya berwarna biru dan hijau, dan lokasinya ada di satu tempat. Sedangkan Kolong Biru hanya ada satu.

Di sini aku sempat ngevlog singkat, kendati nongkrongnya cukup lama. Sampai nggak sadar kalau kulit semakin berwarna kecoklatan. Kalau sudah bertemu dengan keindahan yang menghipnotis begini, jadi nggak pikir seribu sekalipun kulit harus menggelap. Tak masalah, toh pengalaman yang didapat takkan luntur semudah kulit yang balik ke sedia kala begitu kembali jadi emak rumahan :)

Dari Kolong Biru kami kembali lagi ke Jembatan Emas tapi ke pantai yang terletak persis di bawahnya. Sambil menemani Aidan nyemplung dan menikmati keindahan langit sore di tempat itu. Pantai di bawah Jembatan Emas ada sarana bermain anak juga loh. Ada pedagang-pedagang kecil yang menjajakan dagangannya.

Yeay!!! Asal tahu berangkat ke Bangka putih pulang-pulangnya gosong :D tahu kan penyebabnya?

Dan di hari ketiga pula, meski menikmati tetapi capek sudah mulai terasa. Terlebih karena menghitung hari untuk kembali ke Magelang. Pikiranku terbagi-bagi ke banyak hal. Masih banyak destinasi yang belum sempat kami kunjungi. Masih ingin berlama-lama di Bangka dan menemani mamak. Masih ingin mengeksplore kebudayaan setempat yang penuh ragam dan keunikan, tentang masyarakat melayu dan etnis konghucu yang hidup rukun berdampingan. Masih penasaran dengan otak-otak dan makanan khas Bangka. Masih banyak hal yang ingin kupelajari selama di tempat ini.

Tetapi hari kelima kami sudah harus kembali melanjutkan perjalanan pulang ke Magelang. Dan hari keempat menjadi moment menyedihkan bersama mamak saat kami ingin foto bersama. Setelah bertahun-tahun baru bertemu lagi namun harus berpisah dalam hitungan hari. Hari keempat semangat untuk menjelajah keindahan Bangka pun tiba-tiba mengendur. Kendati perjalanan kami lanjutkan ke Pantai Parai Tenggiri yang kata masyarakat setempat adalah replika dari Pantai di Bali. Setelah itu kami juga sempat singgah di alun-alun Taman Merdeka, Pangkalpinang, ibukota Provinsi Bangka Belitung. Tetapi tetap saja pikiranku seperti bermain-main, antara pulang atau bertahan sebentar lagi.

Aku perkenalkan ibu yang sangat kucintai. Dia berharga bagi kami [by husband] :)

And then, tak ada pilihan lain. Hari keempat, malamnya kami berkeliling Pangkalpinang untuk membeli apa saja yang mamak butuhkan sesuai pesanan yang sudah kucatat di dalam list. Kami tak mau ada satu pun yang terlupa, sebisa mungkin dipenuhi sebelum kepulangan kami. Sebisa mungkin mamak benar-benar merasa lapang dengan kami berada di sana sampai kami pulang kembali ke Magelang.

Mengintip keindahan sisi lain dari pantai Parai Tenggiri

Alhamdulillah, pembelajaran sekaligus pengalaman berharga dalam waktu yang singkat. Lima hari rasanya tak cukup untuk menikmati semuanya. Tetapi terima kasih untuk mamak, lewat beliau ada mimpi yang terpenuhi secara tak sengaja, Allah pula yang berkehendak. Terima kasih pada Bangka Belitung yang telah memberiku banyak pembelajaran baik selama berada di sana. Membuka kaca mataku lebih lebar untuk melihat, mendengar dan merasakan lebih banyak hal lagi di dunia luar. Syukran Allah, untuk kemudahan demi kemudahan. Pun kesempatan berharga ini.

Beach Resort and Spa, Parai Tenggiri :) bisa nih ajak keluarga besar ke sini

Insyaa Allah khusus untuk tiap destinasi akan kubahas detil sendiri-sendiri di postingan selanjutnya. Termasuk masjid-masjid paling menawan yang ada di Babel, berikut foto-foto hasil ngetrip. Semoga bermanfaat, semoga tak hanya kami yang bisa menikmati keindahan alam Bangka Belitung. Tak hanya kami yang bisa mengetahui setitik mengenai negeri Serumpun Sebalai ini, melainkan juga teman-teman yang barangkali belum pernah ke sana, tetapi ingin menginjakkan kaki di sana. Aamiin insyaa Allah.. semoga kelak kalian juga bisa menginjakkan kaki di sini.

Sampai jumpa lagi Bangka Belitung :) teruslah semakin indah. Loc : Alun-alun Taman Merdeka

 
di dunia ini tak ada yang kebetulan melainkan qadarullah, kehendak dan ketetapan Allah :)
salam rindu untuk mamak dan Bangka Belitung, kelak kami akan kembali lagi.. alhamdulillah
31 Januari 2018

copyright : @bianglalahijrah_
*original picture taken by me* 

0 Komentar