Mendengarkan musik, sembari blogwalking di beberapa website yang selalu bisa memberi pengetahuan baru. Bahkan saat duduk di depan laptop, rutinitas membaca tak pernah lepas. Kendati yang dibaca bukan tulisan berbentuk buku. Bukan modul, kitab tebal, maupun novel. Melainkan apa yang terpapar di layar laptop. Baik itu artikel, atau membaca tulisan-tulisan berbobot yang sarat ilmu dan informatif.

Teringat dengan tugas-tugas kuliah yang minggu ini, alhamdulillah bertambah. Mengingat sulitnya menyatukan waktu bersama teman satu kelompok demi menggarap tugas yang sama. Mengingat tiap diskusi yang sudah berjalan di presentasi tugas kelompok maupun individu, pada beberapa minggu ini.

Terlebih, mengingat omongan salah seorang teman yang barangkali merasa terganggu tanpa sepengetahuanku. Sejauh ini, pikirku, aku hanya menambah/melengkapi jawaban dari kelompok yang sedang mempresentasikan tugas mereka. Pun dalam hal ini bukan bertujuan untuk merasa bahwa 'saya yang paling tahu' bukan pula merasa sok pintar.

Karena pada saat sebuah ruang diskusi dibuka, maka siapapun berhak memberikan pendapat maupun pertanyaan mereka. Selama, masih berada dalam topik yang tengah dibahas. Tidak berusaha merambah pada hal lain yang mungkin sama sekali tak penting.

Karena itu, aku jarang bertanya di tugas presentasi kelompok lain saat aku merasa memang tak perlu bertanya atau menambahi apapun. Toh pada akhirnya, ada omongan yang mampir ke telinga, dengan ungkapan yang tak mengenakkan hati. Kendati itu berasal dari dua teman terdekatku.

Jujur, jika aku bahkan tahu apa yang sedang kupertanyakan.. maka untuk apa bertanya? Mengapa tak menjadi peserta yang mungkin bisa menambahi atau melengkapi pernyataan yang sudah ada sebelumnya.

Jika kemudian pertanyaan itu menjadi hal yang sulit dijawab, apa lantas orang yang bertanya dan yang dipertanyakan kemudian menjadi [salah]?

Bertanya, karena bagiku.. aku memang tidak cukup tahu dan paham. Bertanya, karena aku memang butuh penjelasan lebih dari apa yang masih tak kumengerti pada makalah yang ada di atas meja. Jadi, lantas apa yang salah? Bukankah tujuan presentasi makalah dengan cara berdiskusi, adalah satu tahapan pembelajaran? Di mana pesertanya semua adalah orang-orang yang tengah belajar.

Pun karena aku tidak merasa sedang berdebat. Lalu bagian mana yang aku perdebatkan? Hal mana saja yang aku perdebatkan? Kelompok atau individu mana yang aku beratkan dengan pertanyaan, pernyataan, atau mereka yang merasa didebat?

Kuliah itu, seperti ucapan dosen di kampusku sebelumnya.. adalah ruang kompetisi di mana kita dapat atau pun boleh bersaing sehat tanpa perlu menjatuhkan orang lain. Kuliah adalah ruang di mana tujuan pertama adalah belajar dan menuntut ilmu. Tak sekedar untuk mendapatkan pengakuan, terlebih nilai, maupun gelar akademik semata.

Dan di dalam ruang diskusi, setiap orang diperkenankan untuk bertanya dengan jujur. Setiap orang diperkenankan untuk menyanggah dengan benar. Setiap orang diperkenankan untuk memberi masukan atau tambahan yang baik. Setiap orang boleh berpendapat, bebas berpendapat. Namun tidak untuk merasa/menganggap dirilah yang paling tahu atau pun pintar. Tetapi karena setiap orang yang ada di ruang diskusi tersebut adalah peserta yang boleh mengajukan pendapat, masukan, maupun pertanyaan mereka.

Mengapa tak sama-sama memposisikan diri sebagai orang-orang yang memang baru belajar kendati sudah mengkhatamkan banyak buku? Kendati mungkin sudah pernah belajar di kampus lain sebelumnya? Karena memang bukan untuk mendapat pengakuan sebagai seseorang yang lebih dari yang lain.

Tetapi sekali lagi, kita sedang sama-sama belajar.

Aneh mungkin jika aku menulis ini sebagai curcolan di blog? Tetapi jika pun ada yang membacanya, semoga mereka paham. Semoga mereka bisa mulai menanam prasangka positif. Semoga mereka bisa menjadi pribadi dengan open mind yang baik, termasuk aku sendiri.

Diskusi dalam lingkup perkuliahan bukan ajang untuk saling menjatuhkan satu sama lain demi naik satu tingkat lebih tinggi dari yang lainnya. Aku sendiri juga tak merasa perlu untuk mempersulit orang lain yang sama-sama sedang belajar bersamaku. Aku sendiri tidak sedang ingin membuat siapapun merasa sulit atau terbebani. Bagiku, ruang itu adalah wadah di mana aku bisa berkembang lebih baik. Bersama mereka tentu, insyaa Allah.

Menjadi mahasiswi aktif, banyak belajar, banyak membaca, banyak-banyak berdiskusi, lahap semua ilmu yang tersuguh di hadapanmu. Kelak, implementasikan langsung dalam kehidupan nyata. Ini selalu menjadi motto maupun motivasiku dalam belajar. Di manapun itu.

Setidaknya ada hal-hal baik yang aku pelajari dari pengalaman ini. Sebuah motivasi untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Lebih baik dalam banyak hal. Jika pun nanti ada yang tak suka, atau masih saja tak suka, itu masalah hati mereka yang barangkali tengah berpenyakit.

Karena perkuliahan ini, sungguh bukan masa di mana seragam merah putih yang melekat di tubuh. Saat kita harus bersikap, berkomentar, atau berpikir kekanak-kanakan lagi. Tetapi masa di mana kita bisa mendewasakan ilmu (bertambah ilmu yang bermanfaat dan barokah) sekaligus diri sendiri (dalam kepribadian).

Terutama, saat kita bisa mengikis setipis mungkin rasa iri dan dengki di dalam diri. Bisa senantiasa melemparkan prasangka baik sebelum lebih dulu berprasangka buruk pada orang lain. Bisa memupuk sebanyak mungkin kebaikan, manfaat, maupun ilmu sebagai muslimah sebaik-baiknya.

Ini sebenarnya self reminder. Tetapi rasanya lapang saat bisa menuang hal ini di sini. Semoga siapapun yang membaca, kendati mungkin tak paham dengan permasalahan si penulis sebenarnya, tetap bisa beroleh manfaat atau hal baik lainnya dari postingan ini.

Pun, tetap bersyukur Allah pertemukanku dengan teman-teman yang luar biasa. Baik di perkuliahan, liqo', dan lingkup yang lain. Kendati ada waktu di mana selisih paham menjadi sekat bagi satu sama lain. Selama maaf masih terbuka lapang. Maka tak masalah. Sebab dalam ukhuwah, tidak untuk berusaha lebih unggul atau sempurna dari yang lain.

Melainkan perlombaan yang sebenarnya, saat keshalehahan bertambah ketika bersama-sama. Saat ilmu yang ada pada diri juga bermanfaat bagi orang lain.

Kita tak bisa shalehah seorang diri. Setiap kita memerlukan teman. Jika pun kadang ditengahi oleh perselisihan sebab perbedaan yang datang, tak masalah selama kita tak memutus silaturahmi. Selama kita tetap kembali dan saling membersamai. Selama kita tetap berusaha untuk saling memahami satu sama lain. Karena kita sama-sama tak sempurna. Jadi mari saling melengkapi.

 Untuk mereka yang bernama 'teman'. Barakallah.


engkau, aku, yang tak sempurna.. mengapa kemudian Allah pertemukan dalam ukhuwah? sebab kita, seumpama serumpun lidi yang takkan bisa memberi manfaat banyak jika hanya berdiri sebatang kara. kita adalah kebaikan yang akan semakin besar dengan eratkan tangan bersama. [by @bianglalahijrah]
 
Copyright : @bianglalahijrah_
Magelang, 23 Oktober 2017

0 Komentar