Menulis sembari mendengar lantunan murottal. Berharap ada rasa lega, lapang, yang merasuk ke dalam diri. Sebenarnya aku berpikir untuk lari hari ini. Lari dari kenyataan? Tidak juga. Hanya menarik diri dari semua kejenuhan yang melanda.

Mungkin, perasaan yang bertandang ini adalah pertanda bahwa imanku tengah menurun.

Seperti ingin menyendiri di sebuah pulau tak berpenghuni. Atau mungkin berdiri di tepi pantai melepas beban yang menggumpal di dalam pikiran, bersama debur ombak. Atau duduk di bawah langit senja, menatap laut lepas dan mencoba berdialog pada diri sendiri.

Mengajak segumpal daging di dalam diri untuk mau berdamai sejenak. Agar segala sesuatu yang terasa buntu dapat tercerna lebih baik. Agar pengap yang terasa dapat sedikit melega.

Hati manusia itu sungguh mudah berbolak-balik. Kadang, satu waktu engkau dapat menguasai diri. Di satu waktu yang lain engkau tiba-tiba merasa terjatuh pada jurang pengap, gelap, dan dalam. Hanya ada kehampaan di dalam sana.

Aku sedang menasehati diri sendiri, untuk segala sesuatu yang terasa serba salah. Saat orang-orang terdekat tampak berbeda. Saat masalah tanpa hentinya datang menguji.

Bahwa tak ada sebaik-baik tempat kembali kecuali, Allah. Tak ada yang bisa memberi rasa lapang, bahagia, kecuali Allah. Tak ada yang bisa membuatmu tetap berdiri tangguh, selain Allah.

Untuk hanya mendekat pada Allah, mengurai segalanya di hadapan Rabb yang Maha Tahu. Berbagi kepada satu-satunya Dzat yang dapat menjadikan apa yang mustahil menjadi mungkin.

Sebab hanya Allah yang berkuasa atas segala hal yang di luar kemampuan seorang hamba.

Hanya Allah, yang dapat memahami keluhanmu dengan baik tanpa perlu bercerita.

Hanya Allah, yang bisa memberi solusi terbaik untukmu.

Dan, apa ada yang bisa mengertimu lebih baik selain Allah? Tak ada. Sekalipun dia orang yang membersamaimu selama sekian tahun, belasan, walau mungkin puluhan.

Sejak membuka laptop, mataku tertuju pada dua surah yang kemudian melantun sejak tadi. Ar-Rahman dan Al-Mulk. Sambil terus mencari kedamaian di dalam diri. Menenangkan gelisah yang begitu ribut hingga mengusik lelap tidurku.

Kurasa, tak ada kesenangan apapun di dunia ini yang dapat meredamnya kecuali kembali pada Allah. Kembali pada Al-Qur'an.

Tak ada yang dapat mengalahkan ketenangan saat bersama dengan keindahan firman-Nya. Ketika menyampaikan segala keluh kesah kepada Allah yang Maha Mendengar.

Karena tak ada yang bisa mengertimu lebih baik, seperti Allah mengertimu.

Dan berharap kepada Allah takkan pernah ada kekecewaan yang didapat, melainkan obat untuk segala rasa sakit yang dirasa.

Maka semoga setiap rasa gundah akan segera pergi dengan sendirinya, atas izin Allah. Semoga segala kesedihan, kesempitan, maupun kesulitan.. akan segera berkurang dan menambah kekuatan beserta keimanan di dalam diri. 

Semoga Allah lembutkan hati yang keras. Bersihkan qolbu yang gelap tersebab noda dari dosa, agar kebaikan dapat merasuk bersama akhlak yang semakin indah. Aamiin insyaa Allah.


وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌوَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَ يَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ إِلاَّخَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari al Quran suatu yang menjadi obat (penawar) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS al-Isrâ’/17: 82)


catatan untuk diri sendiri, semoga menjadi obat bagi hati. aamiin
Magelang, 20 Agustus
Copyright @bianglalahijrah_

0 Komentar