Kadang kita berpikir mengapa kehidupan orang lain tampak begitu mudah dari kehidupan yang kita jalani? Di sisi lain, mungkin ada banyak orang pula yang beranggapan bahwa hidup yang mereka lalui tidaklah seindah yang kita miliki.

Kita terus sibuk memikirkan perbedaan, tentang apa yang ada di kehidupan orang lain dengan apa yang ada di kehidupan kita. Tanpa sadar muncul kecemburuan di dalam diri. Tanpa sadar kita mulai lupa pada nikmat-nikmat yang telah Allah beri. Lama-kelamaan kita justru menjadi hamba yang tak pandai bersyukur.

Kita menjadi kufur karena terlalu sibuk membanding-bandingkan nikmat.

Sementara itu, di antara dua sisi yang saling sawang sinawang ini. Ada satu sisi lain di mana di dalamnya berisi orang-orang hebat yang begitu jarang mengeluh.

Bagi mereka bisa makan kenyang sekali dalam sehari saja sudah sangat bersyukur. Bisa makan enak dalam sekali seminggu atau mungkin sebulan, tetapi dzikir di dalam dada mereka tak pernah berjeda. Mereka tetap menjalani hidup apa adanya.

Mereka hanya percaya bahwa takdir ketetapan Allah takkan mungkin pernah salah. Bahwa kehidupan ini memang tak melulu tentang kesenangan dan kemudahan semata. Mereka memposisikan diri mereka sebagai satu dari jutaan rencana terbaik Allah bagi umat manusia.

Karena lewat mereka, kita beroleh jalan untuk menghapus dosa dan menambah catatan amal kebajikan di akhirat yaitu dengan bersedekah. Lewat mereka kita mendapat ganjaran pahala karena membantu saudara yang sedang dalam kesulitan. Lewat mereka kita dapat belajar, Allah mungkin ingin memberi gambaran yang begitu jelas di depan mata.

Bahwa apa yang kita hadapi, di tempat lain masih banyak yang mengalami kesulitan.. kesedihan.. lebih dari yang kita alami. Pun barangkali, penderitaan kita hari ini taklah sebanding dengan penderitaan Rasulullah saat menyerukan Islam.

Dan lewat para fakir miskin, kaum dhuafa, anak-anak yatim piatu, orang-orang yang tidaklah semampu kita.. Allah ingin kita lebih banyak memaknai apa itu arti syukur. Allah ingin kita melapangkan dada setiap kali kesusahan terasa sesak menghimpit. Bahwa ujian kita pasti belum ada apa-apanya. Kendati semua itu benar-benar mencekik leher.

Dan betapa sering kita mendamba kehidupan seperti apa yang orang lain jalani. Padahal kita tak tahu nikmat apa yang telah diambil darinya, pun kesulitan apa yang telah menderanya. Begitupun orang lain, mereka tak tahu persis perjuangan apa saja yang pernah kita lalui. Penderitaan apa saja yang pernah kita rasa.

Kita hanya sering membanding-bandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain. Padahal tak ada yang perlu dicemburui. Jika dunia beserta kenikmatan yang ada di dalamnya hanya bersifat sementara. Tak ada yang harus dicemburui, sebab apa yang menjadi milik orang lain takkan pernah menjadi milik kita walau sekeras apapun kita berusaha mengejarnya.

Dan apa yang sudah Allah gariskan menjadi milik kita, takkan pernah tertukar kepada orang lain.

Hidup memang sawang sinawang, kita melihat tetapi tak pernah tahu yang sebenarnya. Kita menilai tetapi tak pernah melewati prosesnya.

Namun, semoga tak pernah ada satu pun rasa syukur yang tercabut di dalam diri untuk segala sesuatu yang telah Allah tetapkan.

Semoga Allah pangkas segala macam bentuk rasa iri dan dengki untuk perkara yang tak mendatangkan kebaikan selain kemudharatan.

Semoga setiap kita menjadi sebaik-baiknya hamba yang tetap bersyukur dalam kesulitan apapun. Dan semoga dalam kesulitan itu, kita juga tak kehabisan cara untuk selalu membantu kesulitan orang lain. Untuk senantiasa melapangkan orang lain.

Mengingat untuk beroleh syurga dan memasuki pintunya, Allah tak hanya sediakan satu pintu saja. Tetapi ada banyak pintu menurut keshalehahan apa yang telah kita perbuat. Maka kita sendirilah yang menentukan, pintu syurga manakah yang akan kita masuki?

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ نُودِىَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللَّهِ ، هَذَا خَيْرٌ . فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلاَةِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الصَّلاَةِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ
“Barangsiapa yang berinfak dengan sepasang hartanya di jalan Allah maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, ‘Hai hamba Allah, inilah kebaikan.’ Maka orang yang termasuk golongan ahli shalat maka ia akan dipanggil dari pintu shalat. Orang yang termasuk golongan ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad. Orang yang termasuk golongan ahli puasa akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Dan orang yang termasuk golongan ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”
فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ – رضى الله عنه – بِأَبِى أَنْتَ وَأُمِّى يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَا عَلَى مَنْ دُعِىَ مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ ، فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ الأَبْوَابِ كُلِّهَا قَالَ « نَعَمْ . وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ »
Ketika mendengar hadits ini Abu Bakar pun bertanya, “Ayah dan ibuku sebagai penebus Anda wahai Rasulullah, kesulitan apa lagi yang perlu dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu. Mungkinkah ada orang yang dipanggil dari semua pintu tersebut?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, “Iya ada. Dan aku berharap kamu termasuk golongan mereka.” (HR. Bukhari no. 1897, 3666 dan Muslim no. 1027)


Jadi, masih kah hendak cemburu? Masih ingin membanding-bandingkan? Ingatlah, kehidupan orang-orang yang tak lebih beruntung dari kita.

“Bagi setiap orang yang beramal terdapat sebuah pintu khusus di surga yang dia akan dipanggil melalui pintu tersebut karena amal yang telah dilakukannya.” [HR. Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah]


Self reminder, dengan mata berkaca menulis ini. Alhamdulillah 'alaa kulli hal
Magelang, 24 Agustus 2017
Copyright : @bianglalahijrah_

0 Komentar