Perkara hati. Jika sulit meraba rasa sendiri. Maka lebih sulit lagi mengetahui apa isi hati orang lain. Teruntuk yang di hatinya menyimpan sesuatu mengenaiku. Entah itu amarah, benci, atau segala macam rasa tak suka yang tengah bersarang di hatimu.

Katakan saja terus terang, agar kau tak hanya salah paham tentangku. Sebab tentu lebih bijak jika menyampaikan langsung pada orang yang bersangkutan, ketimbang menceritakan keluhmu kepada orang lain. Bukan orang lain yang bisa menyelesaikan perkara itu. Tetapi aku sendiri. Jika akulah penyebab keresahanmu. Karena rasa tak senang itu sudah tentu menyiksa dirimu sendiri.

Sekian tahun bergabung dengan berbagai organisasi berbeda. Baik itu di komunitas kepenulisan, organisasi yang bergerak di bidang sosial, bahkan di lingkup majelis sekalipun. Tetap ada percik-percik konflik. Entah itu tampak atau terselubung. Kadang aku merasa bahwa beberapa sosok seperti menutup hadirku. Saat aku merasa beroleh kesempatan dan hak yang sama, lantas mereka seolah menganggapku sebagai pesaing bagi mereka.

Sungguh, tak seperti itu mauku. Tak bolehkah kita sama? Jika memang ada kelebihan yang sama padaku maupun padamu. Mengapa harus bersaing jika kita bisa saling berbagi?

Jujur, jika kesalahpahaman ini berlarut maka semua pertemanan yang dibentuk atas dasar apapun maka tak ada artinya. Sebab apa? Kita hanya akan menjadi munafik bagi satu sama lain. Kita menunjukkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang ada di dalam hati. Engkau menyembunyikan rasa tak suka dengan wajah yang berhias senyum. Tetapi alangkah buruknya jika di belakang engkau tetap berusaha untuk menusuk orang lain.

Karena itu, beberapa kali aku memutuskan untuk left dari sebuah grup WA. Meski katanya grup itu terbentuk sebagai wadah silaturahmi sekaligus untuk mengetahui informasi terbaru mengenai apapun. Kadang kala aku juga menarik diri beberapa jenak untuk mengintrospeksi diri sendiri. Apa aku yang salah atau mereka yang keliru dalam prasangka.

Perkara hati. Sulit sekali mengetahui isi hati orang. Apakah orang itu senang atau mungkin benci. Sebab wajah seringnya tak selaras dengan ucapan dan isi hati. Saat kita sudah meluruskan tindakan, orang lain masih saja menganggap itu sebagai hal yang kurang menyenangkan baginya. Sedang saat kita diam-diam saja, mereka beranggapan bahwa engkau tak tahu apapun.

Lalu apa guna sebuah wadah jika orang-orang di dalamnya hanya bersaing untuk mendapatkan pengakuan maupun tempat yang lebih. Betapa jengah jika mendapati diri sendiri seperti larut di dalamnya. Dan pada akhirnya semua terasa tak lagi berjalan benar. Kau mulai takut untuk bertindak atau berujar apapun, karena bisa saja menimbulkan penafsiran salah di benak dan pikiran orang lain. Lebih canggung lagi jika orang yang tadinya dekat denganmu tiba-tiba menutup diri tetapi tak pernah mau berkompromi.

Terkadang kita bersikap biasa saja. Karena bagimu itu memang hal wajar tanpa motif apapun. Tetapi bagaimana dengan mereka yang di hatinya tersimpan sebuah prasangka yang tidak-tidak? Sudah tentu mereka hanya akan menilai dengan penilaian miring.

Jika sebuah organisasi hanya sebagai ajang untuk sindir menyindir, alih-alih mendengung-dengungkan arti riya', ujub, dan sebutan yang lainnya.. lalu apa tujuan organisasi yang tak lagi berjalan sehat? Mengapa tak sama-sama meluruskan niat masing-masing. Mengapa tak menanam prasangka baik saja di hati sendiri, seperti apapun orang lain. Mengapa tak coba untuk memberi kesempatan pada siapa saja untuk berkembang di wadah yang sama. Termasuk dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu, jika aku salah.. tegur aku. Jelaskan apa yang menjadi kekurangan sekaligus kesalahanku. Sebab sejatinya seorang teman takkan pernah menjadi lawan bagi satu sama lain. Saat salah saling mengarahkan, saat khilaf saling memberi maaf. Seorang teman akan berjalan di sampingmu seperti apapun engkau. Seperti apapun kekuranganmu. Ia memaklumi dengan caranya. Tetapi ia juga akan membantumu untuk berbenah lebih baik.

Tak ada keegoisan yang bisa mengikis arti pertemanan. Tak ada keangkuhan yang bisa menjatuhkan satu sama lain. Tak ada salah paham yang dapat memutus ukhuwah begitu saja.

Aku sedang belajar untuk berjalan di bawah langit yang sama denganmu. Tanpa berusaha untuk lebih tinggi dari siapapun. Tetapi jika kau merasa demikian? Tolong beri aku maaf. Kau mungkin tak mengenaliku dengan baik. Yang kau nilai hanya sifat luarku saja saat berbaur dengan semua wajah itu. Maka cobalah kenali aku, agar aku juga beroleh ruang untuk mengenalmu lebih baik.

Satu hal lagi, kelak di akhirat.. kita semua bisa saja jadi musuh bagi satu sama lain. Hanya pertemanan, persaudaraan yang berlandaskan ketaatan dan karena Allah saja-lah yang akan menyelamatkan kita. Semoga siapapun yang menjadi teman, teman dalam rangka ketaatan maupun kebaikan, kelak menjadi sebab Allah kumpulkan pula di dalam Jannah-Nya tersebab ukhuwah Islamiyah ini. Semoga tak satu pun rasa benci di hati yang menggelincirkan kita ke dalam neraka, sebab maaf selalu lebih luas dari kebencian itu. Aamiin insyaa Allah.

Tak ada keraguan tanpa jawaban dan tak ada kesalahpahaman tanpa bisa diselesaikan
Karena engkau, temanku 

Magelang, 17 Juli
Copyright : @bianglalahijrah_ 

Baca juga:
Berhenti Untuk Galau
Bersama Kesulitan ada Kemudahan
Duhai Allah, Aku Lemah 

0 Komentar